Rabu, 12 November 2014

habib ali bin husein alattas


Nasab Habib Ali Bungur

Al Habib Ali bin Husein bin Muhammad bin Husein bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas bin Agil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf bin Mauladawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghuyyur bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammmad Sahib Mirbath bin Ali Khala’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin ‘Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-‘Uraidhi bin Ja’far Ash-Shadiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin Husein bin Ali bin Ali Thalib suami Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam.


Masa Kecil

Habib Ali Bungur lahir di Huraidhah, Hadhramaut, 1 Muharram 1309 H atau sekitar 1891 . Ia hidup dalam keluarga yang sangat taat beragama dan menjunjung tinggi tradisi para shalafunassalihin dari kalangan Ba'alawi. Pendidikan pertama kali ia dapatkan dari kedua orangtuanya. Saat usia 6 tahun telah hafal 30 Juzz Alqur'an di tangan Ibundanya, dan pada usia 12 Tahun sudah Hafal Kitab Shohih Bukhari dan Muslim serta kitab kitab lain seperti : Minhaj, Bahjah, Tuhfah dan fatawa Qubro Semenjak usia 6 tahun ia belajar berbagai ilmu keislaman pada para ulama dan auliya yang hidup diHadhramaut saat itu.
Setelah menempuh pendidikan belasan tahun, pada tahun 1912 dalam usia 21 tahun ia pun menunaikan ibadah haji di Makkah, serta berziarah ke makam datuknya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam di Madinah. Habib Ali menetap selama lima tahun di Makkah yang waktunya dihabiskan untuk menuntut ilmu pada sejumlah ulama, yang berada di Hijaz. Pada tahun 1917, ia kembali ke Huraidhah, dan mengajar di kota yang banyak memiliki pesantren itu, selama tiga tahun

Hijrah Ke Indonesia


Pada 1920, dalam usia 29 tahun, ia pun berangkat ke Jakarta, Indonesia. Hanya dalam waktu singkat, almarhum yang selalu dekat dengan rakyat itu, telah dapat menguasai bahasa Indonesia. Ia mula-mula tinggal di Cikini, berdekatan dengan Masjid Cikini, yang dibangun oleh pelukis Raden Saleh[3]. Ia dengan cepat dapat menarik perhatian masyarakat setempat. Setelah menetap di Jakarta, ia berguru kepada para ulama yang berada di tanah air, di antaranya :
  1. Al-Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas (Empang-Bogor)
  2. Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas (Pekalongan)
  3. Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya)
  4. Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhor (Bondowoso)

Dakwah

Semasa hidupnya, ia tidak pernah berhenti dan tak kenal lelah dalam berdakwah. Salah satu karya terbesarnya adalah kitab Tajul A’ras fi Manaqib Al-Qutub Al-Habib Sholeh bin Abdullah Al-Attas, sebuah kitab sejarah para ulama Hadhramaut yang pernah ia jumpai, dari masa penjajahan Inggris di Hadhramaut, hingga sekilas perjalanan para ulama Hadramaut di Indonesia dan juga buku itu juga berisi tentang beberapa kandungan ilmu tasawuf dan Thariqah Alawiyah

Habib yang dikenal sebagai guru dari sejumlah ulama terkemuka di Betawi itu, pada masa hidupnya dikenal sebagai ulama ahli dalam bidang fikih, falsafah, tasawuf, dan perbandingan mazhab[Menguasai berbagai kitab kuning dari berbagai mazhab, Habib Ali Alatas, selama 56 tahun telah mengabdikan diri untuk perjuangan agama. Bukan saja di Indonesia, juga di Malaysia dan Singapura, banyak muridnya
Al-Habib Ali bin Husin Al-Attas semasa hidupnya tak pernah berhenti memberikan pengajaran kepada Muslimin. Dengan jubah dan serban serta selempang hijau (radi), Habib Ali Cikini selalu naik beca atau kendaraan umum, karena sikap ia yang ingin berdiri diatas kaki sendiri. Sering di antara murid-muridnya memaksa ia untuk menaiki mobilnya karena beca telah sukar dan melihat umur Habib tadi sudah lanjut. Haji Abu Bakar Aceh, anggota MPR, secara tepat menyatakan bahwa Almarhum Habib Ali bin Husin Al-Attas telah memanifestasikan sikap hidup keluarga Ahlil Bait, yakni menunjukkan sikap kerakyatan, tidak berlebihan dan dicintai Rakyat semuanya.
Triumvirat
Sekitar tahun 1940 Jakarta atau dulu di sebut Betawi punya Banyak Tokoh ulama dan pejuang dan yang paling menjadi panutan dan memiliki banyak murid yang tersebar di tanah air adalah Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi(Habib Ali Kwitang), Habib Ali bin husen Al athos dan Habib Salim bin Djindan. Tiga Serangkai(triumvirat) Ulama tersebut yang dengan gencar memperjuangkan Syiar-syiar agama Ijlam.Habib Salim bin Djindan mengatakan bahwa Al-Habib Ali bin Husein Al-Atthas dan Al Habib Ali Kwitang bagaikan kedua bola matanya, dikarekan keluasan khazanah keilmuan kedua habib itu[3].
Murid Habib Ali Bungur
Seperti dikemukakan oleh putranya, yang kini meneruskan majelis taklim ‘Al-Khairat’ di Condet, ayahnya memang tidak mau menonjolkan diri. Padahal, di antara para muridnya merupakan ulama terkemuka kala itu, seperti:
  1. K.H. Abdullah Sjafi’ie, pimpinan majelis taklim Assyfi’iyah,.
  2. K.H. Tohir Rohili, pimpinan majelis taklim Attahiriyah,
  3. K.H. Syafi’i Hadzami (ketua umum MUI Jakarta),
  4. K.H. Abdurrazaq Makmun
  5. K.H. Nur Ali (Ulama Bekasi)
  6. Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf (Bukit Duri Jakarta)
  7. Al-Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi (Putera Habib Ali Kwitang)
  8. Al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih (Putera Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih sekaligus pengasuhPondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyah,Malang)
  9. Prof.Dr.H.Abubakar Aceh
Bahkan, para muridnya itu kemudian menjadi guru para mubaligh, dan perguruan tinggi Islam.
Menurut Habib Husein (putra Habib Ali Bungur), ayahnya sangat gandrung kepada persatuan umat (ukhuwwah Islamiyah). Di samping sabar dan tidak mengenal lelah dalam melaksanakan dakwah. Selain di kediamannya, menurut putranya Habib Husein, ayahnya juga mengajar di berbagai tempat. Seperti pada setiap habis shalat Jumat, dia mengajar di Attahiriyah. Ulama yang ikut berguru, bukan hanya dari Jakarta, tapi juga dari Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Habib Husein sendiri di kediamannya di Condet, membuka pengajian untuk masyarakat setempat setiap Ahad malam yang dihadiri sekitar 300-400 jamaah.

Meninggal Dunia

Ia wafat pada tanggal 16 Februari 1976, jam 06:10 pagi dam usia 88 tahun dan ia dimakamkan di pemakaman Al-Hawi, condet Jakarta timur


habib muhammad bin ahmad al-muhdor BONDOWOSO


HABIB MUHAMMAD BIN AHMAD AL-MUHDOR (Bondowoso)


           HABIB MUHAMMAD BIN AHMAD AL-MUHDOR (Bondowoso)
    Perawakannya tampan dan gagah, orang yang melihatnya pasti mengetahui kalau beliau memiliki charisma yang sangat besar.Dari wajahnya terpancar cahaya yang begitu hebat. Beliau adalah menantu dari seorang tokoh auliya di masanya, yaitu Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya). Hubungan antara keduanya begitu erat. Satu sama lain saling menghormati dan lebih memandang kelebihan ada pada yang lain. Menantu dan mertua sama-sama auliya.
    Habib Muhammad Al-Muhdhor lahir di desa Quwaireh, Du’an Al-Ayman, Hadramaut, pada tahun 1280 H atau sekitar tahun 18633 M. Ayahnya, Al-Imam Al-Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhor, seorang ulama rujukan para ahli ilmu di zamannya. Beliau lahir di Ar-Rasyid Ad-Du’aniyah 1217 H dan wafat pada tahun 1304 H bertepatan dengan tahun 1886 M.
    Lingkungan keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Itulah yang terjadi pada kalangan Alawiyin di Hadramaut masa itu hingga saat ini. Sebagaimana lazimnya pendidikan para Alawiyin di Hadramaut, Habib Muhammad mendapat bimbingan agama langsung dari ayahnya. Beliau mengkhatamkan Al-Qur’an dan belajar berbagai kitab keilmuan pada ayahnya. Beliau juga belajar kepada kakaknya, Al-Habib bin Ahmad Al-Muhdhor. Jika kita perhatikan kita dapat mengetahui, bahwa pendidikan para ulama bain alawi di Hadramaut menghasilkan sanad keilmuan dari seorang wali bin wali dan seterusnya, hingga bersambung kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
     Setelah belajar kepada ayah dan kakaknya, Habib Muhammad kemudian belajar mendapatkan ijazah dari para ulama dan auliya’ di saat itu. Salah sarunya adalah Al-Imam Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas. Dan Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas inilah yang merupakan guru pembentuk karakter dan kepribadian Habib Muhammad Al-Muhdhor. Ketika itu, Haibi Muhammad selalu mengikuti majelis Al-Imam Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas, dan beliau pula yang meyertai kemana pun sang guru ini pergi.
   Dalam kitab Tajul A’ras halaman 469 di ceritakan bahwa, Habib Muhammad Al-Muhdor mengisahkan salah satu peristiwa dalam kehidupannya ketika menuntut ilmu pada waktu itu.
    “Saya membaca kitab Al-Muhadzab kepada Al-Imam Al-Walid Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas. Tetapi ketika itu tidak mudah bagi kami untuk menyelesaikan, beliau meminta saya untuk menemaninya dalam perjalanan pulang ke Huraidhah, desa di mana beliau tinggal. Maka saya pun menuruti perintah beliau. Dalam perjalanan itulah saya membaca kitab tersebut bersama beliau, sampai akhirnya saya dapat menyelesaikan pembacaan kitab itu pada hari keberangkatan kami dari Gaidun. KEtika itu kami berjalan mengendarai dua kuda berdampingan”.
    Selanjutnya, ketika ayah beliau wafat. Bersama Habib Hamid kakaknya, Habib Muhammad melakukan perjalanan dakwah ke berbagai negeri untuk merayu ke Jalan Allah dan Rasulnya. Berdua mereka melakukan perjalanan ke Singapura dan Indonesia. Dimana pun tempat beliau singgah, mereka selalu di sambut oleh para penduduk negri dengan suka cita dan penuh penghormatan. Setelah itu, berdua mereka kembali ke kampong halaman di Hadramaut
    Selang beberapa waktu, Habib Hamid kakaknya, melakukan perjalanan ke tanah suci, untuk melaksanakan ibasah haji dan berziarah ke makam datuknya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam di Madinah. Sekembalinya kakak beliau dari tanah suci, pada tahun 1308 H, Habib Muhammad melakukan perjalanan dakwah ke kotaHeydrabad di India. Beliau dating untuk memenuhi undangan Sultan ‘Awad bin Umar AL-Qu’aythi. Di India, beliau mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakatnya, ribuan manusia segala lapisan dan golongan berbondong-bondong datang untuk menemui beliau. Dari India, beliau melanjutkan perjalanan dakwahnya ke Indonesia, dan beliau memilih Bondowosao. Disanalah beliau menetap dan berdakwah. Beberapa waktu kemudian, Habib Muhammad Al-Muhdhor beremu dengan Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Surabaya). Dari pertemuan itulah yang mendorong beliau untuk berguru kepada Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Idrus AL-Habsyi. Karena eratnya hubungan keduanya, akhirnya Habib Muhammad Al-Muhdhor menikah dengan putrid Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi.
    Dalam berdakwah, beliau menggunakan cara yang santun dan bijak. Beliau berbicara kepada manusia sesuai dengan kemampuan mereka. “Kallimu an-naas ‘ala qadri uquulihim”. Dalam beramar ma’ruf nahi munkar beliau menggunakan cara yang santun dan halus. Hingga semua lapisan masyarakat dapat menerima dengan baik nasehat-nasehatnya. Semua kalangan, baik dari kalanganAlawiyin, orang-orang Pribumi, bahkan para pembesar Belanda pun, hormat dan segan kepada beliau.
    Habib Muhammad sangat senang menerima tamu yang datang ke rumah beliau. Dengan wajah berseri-seri beliau menyambut para tetamunya di depan pintu dan menghormatinya bak raja yang datang. Beliau sendiri yang menyiapkan dan melayani kebutuhan para tamunya itu.
    Beliau yang sangat peduli dengan  keadaan kaum muslimin, terlebih-lebih pada para Saadah Alawiyin. Karena kepeduliannya yang begitu besar terhadap para Alawiyin, hingga beliau seakan-akan sebagai bapak dari para Alawiyin yang ada pada masa itu. Selain ulama, beliau juga ahli di bidang sastra, banyak tulisan dan karya syair-syair beliau. Beliau merupakan sosol ulama yang sering melakukan kontak hubungan dengan para ulama di negeri lain guna memeahkan berbagai masalah tentang dakwah Islam. Diantara para ulama itu adalah : Al-Habib Muhammad bin Ali Al-Hiyed, Al-Habib Abdurrahman bin Ubaidillah Assegaf, dan AL-Habib Muhammad bin Agil bin Yahya dari Hadramaut.
    Setelah beberapa hari menjalani perawatan di Surabaya akibat sakit yang di deritanya, pada malam selasa 21 Syawal 1344 H, bertepatan dengan 4 Mei 1926 M, Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdhor wafat. Beliau meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Dengan kewafatannya, para pecinta beliau seakan-akan menjadi yatim dan kehilangan sosok ayah. Pada keesokan harinya, dengan diiringi seruan tahlil dan uraian mata, ribuan kaum muslimin mengantarkan jenazah beliau ke pemakaman. Jasad beliau di makamkan dalam qubah di pemakaman Al-Habib Hasan Al_habsyi. Makam beliau bersanding dengan makam Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi, yang merupakan mertua, guru sekaligus sahabat beliau. BEliau meninggalkan lima anak laik-laki yang menjadi khalifah penerus dakwahnya, mereka dalah : Al-Habib Abdullah bin Muhammad Al-Muhdhor, Al-Habib Alwi bin Muhammad Al-Muhdhor, Al-Habib Sholeh bin Muhammad Al-Muhdhor, Al-Habib Husein bin Muhammad Al-Muhdhor dan Al-Habib Muhdhor bin Muhammad Al-Muhdhor, yang mereka kesemuanya menjadi ulama, 
.

Senin, 10 November 2014

habib abdullah bin abubakar alaydrus dan habib husein bin abubakar alaydrus


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
بِِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرّحِيْم اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْن اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍِ اَمَّا بَعْدُ : قَالَ
اللهُ تَعَالَى فىِ الْقُرْانِ الْكَرِيْم اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرّجِيْم بِِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرّحِيْم اَلاَ اِنَّ اَوْلِْيَاءَ الله لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُوْنَ اَلَّذِيْنَ امَنُوْا وَكَانُوا يَتَّقُوْنَ لَهُمُ الْبُشْرى فىِ الْحَيوةِ الّدُنْيَا وَفىِ اْلاخِيْرَة لاَ تَبْدِيْلَ لِكَلِمَاتِ اللهِ ذَالِكَ هُوَ الْفَوْزُالْعَظِيْم صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْم






Riwayat Singkat Shohibur Ratib Al-Habib Imam Abdullah bin Abubakar Alaydrus Akbar



Beliau adalah seorang Sayyid dan Syarif (julukan khusus untuk keturunan Nabi Muhammad SAW) Imam para Wali dan orang-orang sholeh (Al-Qutub) beliau dijuluki
Abu Muhammad dan bergelar Alydrus
Alaydrus artinya ketua orang-orang Tasawuf. Beliau dilahirkan di Kota Tarim pada tanggal 10 Zulhijjah tahun 811 H.
Shohibur Ratib ini belajar Al-Qur’an dari seorang guru besar Syeh Muhammad bin Umar Ba’alawi, dan belajar ilmu Fiqih dari guru-guru ahli Fiqih Syeh Saad bin Ubaidillah bin Abi Ubay Abdullah Bahrawah, Syeh Abdullah Bagasyin, Syeh Abdullah bin Muhammad bin Umar dan lain-lain.
Beliau mempelajari dan memperdalam kitab Tanbih dan Minhaj, beliau sangat senang membaca kita tersebut.




Beliau mempelajari Tasawuf dan seorang guru Al Imam Syeh Umar Muhdor dan membekali dirinya sebagai seorang syufi (ahli Tasawuf), beliau sangat gemar membaca kitab-kitab karangan Imam Ghozali terutama kitab Ihya Ulumuddin sehingga hampir hafal dan pindah ke batinnya.
Beliau banyak memuji sang pengarangnya, kami diperingatkan beliau segala sesuatu mengenai terjemahan kita Ihya Ulumuddin tersebut.
Shohibur Ratib mempunyai kata-kata hikmah yang sangat tinggi mengenai Tauhid diantaranya beliau mengucapkan “ SEANDAINYA SAYA DISURUH UNTUK MENGARANG DENGAN HANYA HURUF ALIF SERATUS JILID PASTI AKAN SAYA LAKUKAN”.
Diantara karangan Beliau adalah Kitab Alkibritul Ahmar dan syarahnya dalam bentuk syair untuk Paman Beliau Al-Habib Syeh Umar Muhdor.
Antara lain kata-kata beliau “BAGI SAYA SAMA SAJA PUJIAN DAN MAKIAN, LAPAR DAN KENYANG, PAKAIAN MEWAH DAN PAKAIAN RENDAH, LIMA RATUS DINAR ATAUPUN DUA DINAR. SEJAK KECIL HATIKU TIDAK PERNAH CONDONG SELAIN KEPADA ALLAH SWT DAN BAGAIMANA HATIKU BISA TENANG APABILA BADAN SAYA BERBALIK KE KANAN SAYA MELIHAT SURGA DAN APABILA BERBALIK KE KIRI SAYA MELIHAT NERAKA”.
Beliau sangat takut kepada ALLAH SWT , dan sangat tawadhu (merendahkan diri). Beliau tidak pernah merasa dirinya lebih baik, dari siapapun makhluk ALLAH bahkan binatang sekalipun.
Beliau senantiasa bersujud ditanah karena merendahkan dirinya di hadapan ALLAH SWT. Dan beliau selalu membawa sendiri keperluannya dari pasar dan tidak mengizinkan orang lain membawanya dan senantiasa beliau duduk ditempat yang rendah dan senantiasa berjalan kaki ketempat-tempat yang jauh dan kerap kali meminum air hujan. Demikianlah beliau memerangi hawa nafsu keduniaan sejah usia 6 (enam) tahun. Al-Habib Abdullah Alaydrus Akbar berpuasa selama dua tahun dengan buka puasa tidak melebihi dari dua butir korma kecuali dimalam-malam tertentu dimana ibunya datang membawa sedikit makanan untuk Beliau memakannya semata-mata untuk menyenangkan hati ibunya.
Gurunya Habib Syeh Umar Muhdor berkata “ Aku mengawinkan putriku Aisyah dengan keponakanku HabibAbdullah Alaydrus Akbar disebabkan Aku mendapatkan isyarat dari sesepuhku (pendahuluku)”
Al-Habib Muhammad bin Hasan Almu’alim Ba’alawi berkata “ AL-HABIN ABDULLAH ALAYDRUS AKBAR MENDAPATKAN SESUATU (MAQOM/ WILAYAH) YANG TIDAK DIDAPATI OLEH ORANG LAIN. BAIK SEBELUM MAUPUN SESUDAHNYA”.


Al-Habib Abdullah Alaydrus Akbar telah mendapat pujian dari orang besar, para wali dan para guru, antara lain : kakeknya sendiri Al Imam Abdurrahman bin Muhammad Assegaf, ayahnya Al-Habib Abubakar Assakran, Syeh Saad bin Ali Al Majhaj, dan juga Syeh Abdullah bin Tohir Al Douanidan, pemuka sufi wanita Al Zubaidiah, Syeh Ahmad bin Muhammad Al-Jabaruti, Syeh Umar bin Said Bajabir. Syeh Husain Al Ghorib, Syeh Ma’aruf bin Muhammad Ba’Abbad, Syeh Muhammad Baharmuz, Syeh Abdurrahman Al Khotib pengarang kitab Al Jauhar, tidak menyebutkan seorangpun (dalam kitabnya) dari yang hidup selain Beliau Al-Habib Imam Abdullah Alaydrus Akbar (Shohibur Ratib).
Beberapa pengarang kitab yang bermutu memuji dan meriwayatkan Beliau diantaranya Al Yafii dalam Kitab Uqbal Barahim Al Musyaraqah, muridnya Al Imam Al Habib Unmar Bin Abdurrahman Ba Alawi dalam kitabnya Al Hamrah dan Syech Abdillah Bin Abdurrahman Bawazier, daalm kitab Al Tuhfa, mereka mengytraknab Mankib (Riwayat Singkat), kewalian dan kramat-kramat yang sebagaian terjadi sebelum dan sesudah Beliau dilahirkan.
Sebagaian para wali mimpi berteme Nabi Muhammad SAW, yang memuji Al Habib Al-Imama Abdullah Alaydrus AQkbar dengan sabdanya “INI ANAKKU, INI AHLI WARISKU, INI DARAHKU DAGINGKU, ORANG-ORANG BESAR AKN MEMPELAJARI ILMU THAREQAT DARINYA”.
Diantara yang mengambil dan belajar thareqat dari Habib Abdullah Alydrus Akabar antara lian saudaranya vsendiri Habib Ali Bin Abi Bakr Syakran, Habib Umar Ba’alawi, (pengarang kitab Alhamrah) dan pengarang kitab Faturrohim Al Rahman, Syech Abdullah Bin Abdul Rahaman Bawazier Al Alamah, Syech Abdullah Bin Ahmad Baksir Al Makki, dan ringkasnya kebaikan dan akhlak Beliau tidak terlukiskan, sedangkan ilmu dan karomahnya laksana lautan.
Al Habib Imam Abdullah Alaydrus Bin Abi Bakar Alaydrus (Shohibur Raatib) wafat pada hari Ahad sebelum waktu Zhuhur tanggal 12 Romahdon 865 H. dalam perjalanan dakwahnya dikota Syichir tepatnya didaerag Abul. Dimakamkan dikota Tarim dan dinagun Kubah diatas pusaranya, Beliau wafat dalam usia 54 tahun.
Belai meninggalkan delapn anak, empat putera dan empat puteri. Putranya : Abubakar Al Adni, Alwi, Syech, Husain.
Putrinya : Roqgayah, Khodijah, Umul Kultsum, Bahiya.
Ibu Beliau adalh yang bernama Mariam dari seorang yang Zuhud / Shaleh bernmama Syech Ahmad Bin Muhammad Barusyaid.
Al Habib Muhammad Bin Hasan Al Mualim bberkata “ SAYA MENDENGAR BISIKAN YANG MENGATAKAN “ BILA KAMU INGIN MELIHAT SEORANG AHLI SORGA, MAKA LIHATLAH MUHAMMAD BARUSSYAID”!! (DIRIWAYATKAN OLEH AL IMAM Al – HABIB MUHAMMAD BIN ALI MAULA AIDIED)”.
Sewaktu Al Habib Imam Abdurrahman Bin Muhammad Assegaf wafat usia Al Habib Abdullah Alaydrus Akbar 8,5 tahun. Dan pada waktu Ayahnya Belai wafat (Abu Bakar Syakran) dan umur Beliau berusia 11 tahun setelah Ayahnya wafat Beliau tinggal dan dididik oleh Pamannya Syech Al Habib Umar Muhdar yang kemudian menikahkannya dengan puterinya Aisyah, pada saat Al Habib Umar Muhdar Bin Abdulrahman Assegaf wafat Al Habib Abdullah Alaydrus Akbar kurang lebih berumur 23 tahun.
Dan ucapan Shohibur Raatib kepada murid-muridnya :
BARANG SIAPA YANG MASUK DALM PENDENGARAN YANG SIA-SIA, MKA IA TELAH BERADA DALM KERUGIAN YANG BESAR.
NASEHAT-NASEHAT BELIAU YANG TERTUANG DALAM KITAB ALKIBRATUL AHMAR:
  • Peraslah jasadmu dengan mujahadah (memerangi hawa nafsu dunia) sehingga keluar minyak kemurnian.
  • Barangsiapa yang menginginkan keridhoan ALLAH hendaklah mendekatkan diri kepada ALLAH SWT, karena keajaiban dan kelembutan dari ALLAH SWT pada saat di akhir malam.
  • Siapapun dengan kesungguhan hati mendekatkan diri pada ALLAH maka terbukalah khazanah ALLAH
  • Diantara waktu yang bernilai tinggi merupakan pembuka perbendaharaan Ilahi diantara Zuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya dan tengah malam terkakhir sampai ba’da Sholat Shubuh.
  • Sumber segala kebaikan dan pangkal segala kedudukan dan keberkahan akan dicapai melalui ingat mati, kubur dan bangkai
  • Keridhoan ALLAH dan RosulNya terletak pada muthalaah (mempelajari dan memperdalam) Al-Qur’an dan Hadits serta kitab-kitab agama Islam.
  • Meninggalkan dan menjauhi ghibah (menggunjingkan orang) adalah raja atas dirinnya, menjauhi namimah (mengadu domba) adalah ratu dirinya, baik sangka kepada orang lain adalah wilayah dirinya, duduk bercampur dalam majlis zikir adalah keterbukaan hatinya
  • Kebaikan seluruhnya bersumber sedikit bicara (tidak bicara yang jelek) didalam bertafakur tentang Ilahi dan ciptaaNya terkandung banyak rahasia
  • Jangang kau abaikan sedekah setiap hari sekalipun sekecil atom, perbanyaklah membaca Al-Qur’an setiap siang dan malam hari.
  • Ciri-ciri orang yang berbahagia adalah mendapatkan taufik dalam hidupnya banyak ilmu dan amal serta baik perangai tingkah lakunya.
  • Orang yang berakal ialah orang yang diam (tidak bicara sembarangan)
  • Orang yang takut kepada ALLAH ialah orang yang banyak sedih (merasa banyak bersalah)
  • Orang yang roja’ (mengharap ridho ALLAH) ialah orang yang melakukan ibadah
  • Orang mulia ialah orang yang bersungguh-sungguh dalam kebaikan dalam ridha ALLAH SWT yang didambakan dalam hidupnya
  • Orang yang bertaubat ialah yang banyak menyesali perbuatannya, menjauhi pendengarannya yang tidak bermanfaat dan mendekatkan diri kepada ALLAH terutama di masa sekarang.

Al-Habib Husein Bin Abubakar Alaydrus (Habib Keramat Luar Batang)



Al-Habib Husein Bin Abubakar Alaydrus (Habib Keramat Luar Batang)
Beliau lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut, Datang di Betawi sekitar tahun 1746 M. Berdasarkan cerita, bahwa beliau wafat di Luar Batang, Betawi tanggal 24 Juni 1756 M. bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 Hijriyah dalam usia lebih dari 30 tahun ( dibawah 40 tahun ). Jadi diduga sewaktu tiba di Betawi berumur 20 tahun. Habib Husein bin Abubakar Alaydrus memperoleh ilmu tanpa belajar atau dalam istilah Arabnya “ Ilmu Wahbi “ , yaitu pemberian dari Allah tanpa belajar dahulu. Silsilah beliau : Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath.
Habib Husein yang lebih terkenal dengan sebutan Habib Keramat Luar Batang, mempunyai perilaku “ Aulia “ (para wali) yang di mata umum seperti ganjil. Seperti keganjilan yang dilakukan beliau, adalah :
Habib Husein tiba di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Jakarta, yang merupakan benteng pertahanan Belanda di Jakarta. Kapal layar yang ditumpangi Habib Husein terdampat didaerah ini, padahal daerah ini tidak boleh dikunjungi orang, maka Habib Husein dan rombongan diusir dengan digiring keluar dari teluk Jakarta. Tidak beberapa lama kemudian Habib Husein dengan sebuah sekoci terapung-apung dan terdampar kembali di daerah yang dilarang oleh Belanda. Kemudian seorang Betawi membawa Habib Husein dengan menyembunyikannya. Orang Betawi ini pun berguru kepada Habib Husein. Habib Husein membangun Masjid Luar Batang yang masih berdiri hingga sekarang. Orang Betawi ini bernama Haji Abdul Kadir. Makamnya di samping makam Habib Husein yang terletak di samping Masjid Luar Batang.
Habib Husein sering tidak patuh pada Belanda. Sekali Waktu beliau tidak mematuhi larangannya, kemudian ditangkap Belanda dan di penjara di Glodok. Di Tahanan ini Habib Husein kalau siang dia ada di sel, tetapi kalau malam menghilang entah kemana. Sehingga penjaga tahanan (sipir penjara) menjadi takut oleh kejadian ini. Kemudian Habib Husein disuruh pulang, tetapi beliau tidak menghiraukan alias tidak mau pulang, maka Habib Husein dibiarkan saja. Suatu Waktu beliau sendiri yang mau pergi dari penjara.


Selepas mangkatnya ayahnya, Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus hijrah ke kota Tarim, dan ternyata di pintu kota Tarim telah menunggu seorang wali besar, yaitu Quthbil Irsyad, Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad, yang langsung menyambut kedatangan dari Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus. Setelah tiba di kota Tarim, beliau didampingi oleh Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad langsung berziarah kepada Sayyidina Faqih Muqaddam Al’imam Muhammad Bin Ali Ba’alawy, Sayyidina Abdurrahman Bin Muhammad Assegaf dan Datuk Beliau Sayyidina Abdullah Alaydrus Akbar. Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad mengatakan kepada beliau bahwa semalam kakekmu, Sayyidina Abdullah Alaydrus Akbar datang kepadaku dan mengabarkan tentang kedatanganmu wahai Husein.
Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus menimba ilmu kepada Quthbil Irsyad, Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad, dan menurut cukilan dari Alhabib Ali Bin Husein Alattas dalam kitabnya Taajul A’rasy mengatakan bahwa Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus sebelum hijrah ke Indonesia, beliau telah mendapatkan mandat kepercayaan dari guru beliau Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad untuk melaksanakan da’watul islam.
Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus kemudian hijrah ke Asia Timur dan sampai di Indonesia, lalu setibanya di pulau Jawa, tepatnya di Pelabuhan Sunda Kelapa, beliau diusir kembali oleh penjajah Belanda. Akhirnya dengan bantuan para Muhibbin di malam hari dengan menggunakan sekoci beliau tiba kembali di Pelabuhan Sunda Kelapa. Beliau kemudian berda’wah di tanah Batavia ini dan pada saat itu penjajah Belanda sangat sensitif kepada para ulama karena di Sunda Kelapa ini masih ada bekas-bekas pertempuran Sunda Kelapa yang berada di bawah pimpinan dari Sunan Gunung Jati Al-imam Syarif Hidayatullah dan Fatahillah, sehingga penjagaannya sangat ketat dan berakibat pada dicurigainya Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus sebagai pemberontak, akhirnya beliau dimasukkan ke dalam penjara, yang berada di sekitar Glodok.
Perjuangan da’wah Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus sangatlah luar biasa, dan salah satu karomah beliau adalah di pagi hari beliau berada di dalam penjara sementara anehnya menjelang maghrib beliau sudah tidak ada di dalam penjara, beliau menyampaikan da’wah-da’wahnya di musholla dan masjid-masjid, sehingga membuat takut para sipir penjara dan akhirnya kepala sipir penjara tersebut meminta agar Habib Husein keluar saja dari dalam penjara tapi beliau menolaknya sampai akhirnya beliau keluar dari penjara dengan keinginannya sendiri.
Pada suatu ketika di dalam perjalanan da’wahnya, Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus melihat seorang tentara Belanda yang memang memiliki akhlak yang baik terhadap beliau, di mana tentara Belanda ini selalu menegur dan ramah terhadap Beliau. Akhirnya Habib Husein memanggilnya dan mengatakan bahwa tentara Belanda tersebut kelak akan menjadi Gubernur, di Batavia. tentara Belanda tersebut berkata sambil tertawa “mana mungkin aku menjadi seorang Gubernur”. Selang beberapa bulan kemudian sang tentara Belanda tersebut dipanggil ke negerinya dan kembali ke Batavia untuk dipercaya menjadi Gubernur.
Sang tentara Belanda yang kini telah menjadi Gubernur teringat akan Habib Husein dan menemui beliau seraya ta’jub atas perkataan dari Habib Husein dan sebagai balasannya Tentara ini memberikan hadiah berupa uang, bahkan emas, tetapi semuanya ditolak oleh Habib Husein. Karena Gubernur tersebut memaksa, Akhirnya Al-habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus berkata bahwa jika Engkau ingin memberiku hadiah, maka berikanlah aku tanah yang berada di luar pelabuhan Sunda Kelapa yang saat itu sedang surut. Tentara belanda tersebut kaget dan berkata percuma bila Aku berikan tanah tersebut, sebentar lagi air akan naik dan daratan itu akan terendam air laut. Al-habib Husein berkata “bila Engkau berikan sekarang, maka mulai saat ini air tidak akan pernah pasang bahkan hingga yaumil qiyamah”.. Allahu Akbar.. sehingga akhirnya diberikanlah tanah tersebut.
Al-habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus memiliki tanah ± 10 hektar dan di atas tanah tersebut, kemudian pertama kali yang dibangun oleh Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus adalah Masjid, kemudian rumah beliau yang saat ini menjadi tempat pusaranya beliau. Dan semenjak itu, dipatok tanah-tanah tersebut yang besarnya ± sampai 10 hektar dengan pilar dan batang-batang sehingga daerah ini dikenal dengan sebutan “Luar Batang”, disebabkan diluar pelabuhan Sunda Kelapa muncullah batang-batang.  Di sini beliau bersama salah satu muridnya Haji Abdul Qodir yang merupakan penterjemahnya mengajarkan kepada murid-muridnya yang dating dari Banten, Indramayu, Cirebon, Tuban Gresik dan pelosok-pelosok kota lain di Indonesia.
Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus Wafat pada Malam 17 Ramadhan, akan tetapi mengapa acara haul dari beliau diperingati setiap hari Ahad di akhir bulan Syawwal?
Karena ini merupakan ijtima’ dari para ulama dan habaib yang saat itu berada di bawah pimpinan Mufti Betawi yaitu Alhabib Utsman Bin Abdullah Bin Yahya. Di mana para penjajah saat itu masih menguasai dan transportasi yang sangat sulit sekali serta bertepatan dengan keadaan orang-orang yang sedang berpuasa, sehingga diputuskanlah oleh para ulama dan habaib agar pelaksanaan Haul Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus diadakan pada akhir Ahad bulan Syawwal, di mana setelah orang-orang melaksanakan silaturrahim lebaranan barulah kembali berkumpul dan bersilaturrahim di pusara beliau untuk memperingati Haulnya Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus.
Inilah sekelumit tentang perjalanan dan perjuangan dari Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus. Semoga Allah semakin mengangkat derajat beliau dan semoga kita semua mendapatkan curahan keberkahan, rahasia-rahasia dan ilmu serta karomah dari Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus.. Amin Ya Robbal Alamin.


tentang mesjid luar batang

 - Berada di utara Jakarta, keberadaan Masjid Keramat Luar Batang memang belum banyak yang tahu. Tapi siapa kira, masjid ini menyimpan sejarah sekaligus misteri tentang keberadaannya. Yuk, ke sana!

Untuk menuju ke makam Habib Husein tidaklah sulit. Dari arah Ancol atau Glodok  Kota, Anda tinggal mencari arah Pasar Ikan atau Museum Bahari di kawasan utara  Kota. Kalau menggunakan angkutan umum, dari stasiun atau terminal Kota Anda  dapat menumpang taksi, bajaj atau ojek. Yang menarik, juga tersedia sepeda  onthel dengan sadel belakang yang sudah modified hingga dijamin empuk seperti  sepeda motor

Bagi Anda yang belum tahu, kawasan Penjaringan di Jakarta Utara memiliki bangunan masjid yang amat terkenal sejak dahulu, yakni Masjid Keramat Luar Batang. Sesuai namanya yang keramat, masjid ini menyimpan sejarah dan cerita luar biasa.

"Sebenarnya nama aslinya Masjid An Nur. Tapi sejarahnya, ketika Habib Husein wafat sekitar 1756, jenazah beliau dikembalikan ke asalnya di Yaman. Sampai di sana, saat ingin dikubur, jenazahnya tidak ada," kata pengurus masjid, Yudo Sapmono (50), saat ditemui detikTravel, Jumat (5/4/2013).



Tersiar kabar jenazah Habib Husein ada di dalam kamarnya, yang sekarang jadi makamnya di komplek masjid ini. Orang yang takjub kemudian menceritakan peristiwa jenazah keluar dari kurung batang ini, hingga akhirnya disebut "luar batang".

Tak ayal, asal muasal nama masjid satu lantai ini menarik perhatian masyarakat. Banyak dari mereka yang datang untuk berziarah ke makam habib juga makam muridnya yang bersebelahan, KH Abdul Kadir. Ia adalah seorang Tionghoa yang memeluk Islam setelah berguru pada Habib Husein.

Jika penasaran, Anda bisa datang langsung ke masjid yang beralamat di Jalan Kampung Luar Batang V No 1, Penjaringan. Ciri khas masjid yang berdiri di atas lahan 3.500 meter persegi ini yakni 12 tiang penyangga.

marga arab yang ada di indonesia

bismillahirrahmanirrahim

assalamualaikum wr.wb.

singkat saja berikut adalah nasab atau marga arab yang ada di indonesia
bila ada yang salah dalam penulisan atau ada yang belum ana tulis harap di maklumi karna ana juga manusia yang tak luput dari kesalah jangan lupa isi kolom komentar jika ada marga yg belum masuk dalam daftar. nyok lagsung saja kita lihat berikut adalah nasab atau marganya:

 A
  • Abbad
  • Abudan
  • Abunumay
  • Adrebi
  • Aglag
  • Al Abd Baqi
  • Al Aidid
  • Al Ali Al Hajj
  • Al Amar
  • Al Amri
  • Al Amudi
  • Al Anggawi
  • Al As
  • Al Askarie
  • Al Attas/ Alatas/ Alatthas
  • Al Audah
  • Al Aulagi
  • Al Aydrus
  • Al Ba Abud
  • Al Ba Faraj
  • Al Ba Harun
  • Al Ba Raqbah
  • Al Baar
  • Al Bagdadi
  • Al Bahar
  • Al Baiti
  • Al Bajrai
  • Al Bakri
  • Al Bal Faqih
  • Al Baldjoen
  • Al Balghaist
  • Al Balgon
  • Al Baljun
  • Al Bantan
  • Al Bantani
  • Al Barak
  • Al Barhim
  • Al Batati
  • Al Bawahab
  • Al Bawazier
  • Al Bin Jindan
  • Al Bin Sahal
  • Al Bin Semit
  • Al Bin Yahya
  • Al Bintan
  • Al Bintan
  • Al Bur'i
  • Al Bukkar
  • Al Damis
  • Al Djoen
  • Al Dzeban
  • Al Fad'aq
  • Al Fagih
  • Al Falugah
  • Al Faris
  • Al Fariz
  • Al Gaiti
  • Al Ganus
  • Al Gon
  • Al Habsyie
  • Al Haddad
  • Al Hadi
  • Al Hadromi
  • Al Hajri
  • Al Halagi
  • Al Hamid
  • Al Hasani
  • Al Hassan
  • Al Hasyim
  • Al Hayaza'
  • Al Hilabi
  • Al Hinduan
  • Al Husaini
  • Al Husayni
  • Al Jabri
  • Al Jaidi
  • Al Jailani
  • Al Jamalulail
  • Al Jon
  • Al Jufrie
  • Al Jun
  • Al Junaid
  • Al Jundi
  • Al Kaff
  • Al Kalali
  • Al Kalilah
  • Al Katsiri
  • Al Khamis
  • Al Khatbah
  • Al Khatib
  • Al Kherid
  • Al Khubais
  • Al Madhir
  • Al Mahdali
  • Al Makky
  • Al Mathar
  • Al Matrif
  • Al Maula Dawilah
  • Al Maula Khailah
  • Al Muchdor
  • Al Muhaddam
  • Al Munawwar
  • Al Musawa
  • Al Mutahhar
  • Al Nahdi
  • Al Naqieb
  • Al Qaiti
  • Al Qannas
  • Al Rasyidi
  • Al Rubaki
  • Al Sa'ari/ As Sa'ari
  • Al Safi/ As Safi
  • Al Wachdin
  • Al Ali Bin Jabir
  • Al Huraibi Al Yafei
  • Al Yamani
  • Alabeid
  • Algadri/ Al Qadri
  • Alhasin
  • Alisalim
  • Arfan
  • Arghubi
  • Askar
  • Assa'di
  • Assaili
  • Assegaf
  • Assewed
  • Assidawi
  • Assiry
  • Assyabibi
  • Assyaiban
  • Assyiblie
  • Asy Syaarfi
  • Asy Syifaa'
  • At Tamimi
  • Attanfirah
  • Attuwi
  • Azmatkhan
  • Azzagladi
  • Al Hayaza'

B

  • Ba Abduh
  • Ba Abdullah
  • Ba Agil
  • Ba Akabah
  • Ba Attiiyah
  • Ba Arram
  • Ba Atwa
  • Ba Awadh
  • Ba Birik
  • Ba Dekuk
  • Ba Faqih
  • Ba Gabas
  • Ba Harun
  • Ba Jabir
  • Ba Jamin
  • Ba Jammal
  • Ba Jasir
  • Ba Jeber
  • Ba Joban
  • Ba Kheiri
  • Ba Nahsan
  • Ba Qashir
  • Ba Sendit
  • Ba Sidawi
  • Ba Siul
  • Ba Surroh
  • Ba Syaib
  • Ba Tebah
  • Ba Zar'ah
  • Ba Zara
  • Ba Zouw
  • Ba'asyir
  • Ba'bud
  • Ba'Dib
  • Ba'dokh
  • Ba'sin
  • Ba'Tuk
  • Baabud
  • Baadilla
  • Baalwi
  • Babadan
  • Babgei
  • Babheir
  • Babsel
  • Babten
  • Bachdim
  • Bachmid
  • Bachrak
  • Bachberech
  • Badaraf
  • Badegel
  • Badeges/ Budegheis
  • Badhawie
  • Badjideh
  • Badres
  • Badubbah
  • Badziher
  • Badzinjan
  • Bafadhal
  • Bafana
  • Bafeel
  • Bagadir
  • Bagaramah
  • Bagarib
  • Bagges
  • Bagoats
  • Bahadik
  • Bahafdullah
  • Bahaiyan
  • Bahaj
  • Bahalwan
  • Bahanan
  • Baharmusy
  • Baharthah
  • Bahfen
  • Bahman
  • Bahroh
  • Bahsen
  • Bahaswan
  • Bahwal
  • Bahweres
  • Baisa
  • Bajabir
  • Bajammal
  • Bajened
  • Bajrei
  • Bajruk
  • Bajuber
  • Bakarman
  • Bakhabazi
  • Bakhamis/Bakhamisah
  • Bakouba
  • Bakrisyuk
  • Baksir
  • Baktal
  • Bal Afif
  • Bala'mas
  • Baladraf
  • Balahjam
  • Balahmar
  • Balasga
  • Balaswad
  • Balaswat
  • Balasyrof
  • Balubeid
  • Baharta
  • Balghaits
  • Balgon
  • Baljon
  • Baljun
  • Balu'lu'
  • Bamagain
  • Bamaisarah
  • Bamajbur
  • Bamakundu
  • Bamasak
  • Bamasri
  • Bamatraf
  • Bamatrus
  • Bamazro
  • Bamu'min
  • Bamuqaddam
  • Bana'mah
  • Banaemun
  • Banafe
  • Banahsan
  • Banser
  • Baraba
  • Barabud
  • Baraja
  • Barakwan
  • Barasy
  • Barekat
  • Bareyek
  • Baridwan
  • Barjib
  • Baruk
  • Basagili
  • Basakran
  • Basalamah
  • Basalim
  • Basalmah
  • Basamkho
  • Basandid
  • Basawad
  • Basbeth
  • Basgefan
  • Bashay
  • Basilim
  • Baslamah
  • Baslum
  • Basofi
  • Basulaileh
  • Basumbul
  • Baswedan
  • Baswel
  • Baswer
  • Basyahroh
  • BaSyaiban
  • Basyarahil
  • Basymeleh
  • Basyrewan
  • Batarfi
  • Batates
  • Batelo
  • Bathef
  • Bathog
  • Bamaisyaroh
  • Bayahayya
  • Bayasut
  • Bayusuf
  • Bazandokh
  • Bazargan
  • Bazeid
  • Bazmul
  • Bazubbak
  • Beik
  • Bilfaqih
  • Billahwal
  • Bin Abad
  • Bin Abd Samad
  • Bin Abied
  • Bin Abri
  • Bin Addar
  • Bin Afif
  • Bin Agil
  • Bin Ajjaj
  • Bin Amri
  • Bin Amrun
  • Bin Anuz
  • Bin Baldjoen
  • Bin Balgon
  • Bin Baljon
  • Bin Baljun
  • Bin Bisir
  • Bin Bugri
  • Bin Coger
  • Bin Dahdah
  • Bin Dawil
  • Bin Diab
  • Bin Duwais
  • Bin Dzeban
  • Bin Eda
  • Bin Faris
  • Bin Gannas
  • Bin Gasir
  • Bin Gaus
  • Bin Ghanim
  • Bin Ghozi
  • Bin Ghubaisy
  • Bin Gozan
  • Bin Guddeh
  • Bin Guriyyib
  • Bin Hadzir
  • Bin Hafidz
  • Bin Halabi
  • Bin Hamid
  • Bin Hana
  • Bin Harris
  • Bin Hassan
  • Bin Hatrash
  • Bin Hizam
  • Bin Hud
  • Bin Humam
  • Bin Huwel
  • Bin Ibadi
  • Bin Isa
  • Bin Ishaq
  • Bin Jabal
  • Bin Jaber
  • Bin Jaidi
  • Bin Jaubah
  • Bin Jindan
  • Bin Jubair/ Bin Juber
  • Bin Kartam
  • Bin Kartim
  • Bin Keleb
  • Bin Khalifa
  • Bin Khamis
  • Bin Khatbah
  • Bin Khubran
  • Bin Ma'tub
  • Bin Madhi
  • Bin Mahfudz
  • Bin Makki
  • Bin Maretan
  • Bin Marta
  • Bin Mattasy
  • Bin Mazham
  • Bin Muchosin
  • Bin Muhammad
  • Bin Munif
  • Bin Mutahar
  • Bin Mutliq
  • Bin Nahed
  • Bin Nub
  • Bin Qarmus
  • Bin Quthban
  • Bin Radjab
  • Bin Rabek
  • Bin Sadi
  • Bin Salim
  • Bin Silim/ Bin Syilim/ Bin Soelim
  • Bin Sungkar
  • Bin Syahbal
  • Bin Syaiban
  • Bin Syamil
  • Bin Syamlan
  • Bin Syech Abu Bakar
  • Bin Syirman
  • Bin Syuaib
  • Bin Ta'lab
  • Bin Tahar
  • Bin Tayeb
  • Bin Tebe
  • Bin Thahir
  • Bin Tsabit
  • Bin Ulus
  • Bin Umar
  • Bin Usman
  • Bin Wahab
  • Bin Wizer
  • Bin Zagr
  • Bin Zaidan
  • Bin Zaidi
  • Bu Sab'ah
  • Bin Zo
  • Bobsaid
  • Bukhori
  • Bukkar
  • Bahreisy

D

  • Dalali
  • Damari
  • Djibran
  • Djobban
  • Doman
  • Deghel

F

  • Falogah
  • Firdaus

G

  • Gadneh/ Gitnah/ Gathneh'
  • Ganesy
  • Gauzan
  • Ghana'(?)
  • Gemayyel
  • Ghaniem
  • Gisymar
  • Gurdusy
  • Gadran

H

  • Hablil
  • Haidrah
  • Halfan
  • Hallaboh
  • Hamadah
  • Hamde
  • Hamdun
  • Hamzah
  • Haneman
  • Harharah
  • Harris
  • Haraz
  • Hasni
  • Hasny
  • Hansyi
  • Hatrash
  • Hendan
  • Hilaby/ Hilabi
  • Hijazee
  • Hizam
  • Hubeisy
  • Humaid
  • Huraiby
  • Husein

J

  • Jabri
  • Jabli
  • Jaidi
  • Jamalullail
  • Jawwas
  • Jibran
  • Joun
  • Jurhum

K

  • Karamah
  • Karaman
  • Ka'weleh
  • Kharie
  • Kuffan
  • Kurbi

L

  • Lahji
  • Lahmadi

M

  • Machdan
  • Machrus
  • Madhi
  • Madsyal
  • Magad
  • Mahbub
  • Mahdami
  • Makarim
  • Marbasy
  • Marfadi
  • Martak
  • Mashabi
  • Maskati
  • Maulachela
  • Maziun
  • Miftah
  • Mubarak
  • Mugezeh
  • Mugheneh
  • Mukarram
  • Mukhasyin
  • Muntahar

N

  • Nabhan
  • Nagib
  • Nuhuyanan

S

  • Sabaya
  • Sabbah
  • Saelan /Selan
  • Sallum
  • Shahab/Shihab
  • Shahabi
  • Shaghyan / Shogyun
  • Shegeir
  • Sobban
  • Sumaith /Smith
  • Sungkar
  • Surur
  • Suweleh /Suweleih
  • Swedan
  • Syabibi
  • Syagran

  • Syahbal
  • Syaiban
  • Syakieb
  • Syamlan /Shamlan
  • Syammach
  • Syawie
  • Syawik

T

  • Thalib
  • Thebe
  • Tarmum

U

  • Ubaidun
  • Ubidun
  • Ugbah
  • Ummayyer

W

  • Wakid
  • Weser

Z

  • Za'bal
  • Zahir
  • Zakin
  • Zeban
  • Zeger
  • (Az) Zubaidi

syukran katsir terimakasih banyak udah mampir di blog ane :D
jangan lupa ikuti blog ane ye salam dari ana ahmad bin muhammad alaydrus
wassalam...